Kontemplasi Bersama Luka Cita Utara dan Javier

Judul Buku : Luka Cita

Penulis : Valerie Patkar

Penerbit : Bhuana Ilmu Populer

doc. pribadi
doc. pribadi

*Blurb*

Tentang para pemimpi yang dikhianati cita-cita mereka sendiri.

Seorang pendiri perusahaan start-up idealis bernama Javier bertemu dengan mantan atlet catur penakut bernama Utara. Saat mereka hampir menyerah untuk memperjuangkan apa yang mereka cita-citakan selama ini, mereka belajar untuk memaafkan keadaan.

***

Coba tebak, apa yang menjadi daya tarik bloger dengan novel yang satu ini? Penulisnya? Bukan. Keviralan bukunya? Juga bukan. Ceritanya? Ya, mungkin bisa dibilang begitu. Akan tetapi, yang paling tepat adalah karena ini berhubungan dengan cita-cita, nilai idealis, terlebih hadirnya kata dikhianati dalam sepenggal blurb-nya.

Sebagai orang yang juga tengah memperjuangkan cita-cita, sebenarnya ada rasa takut juga untuk membaca cerita ini. Pasalnya, jangan-jangan cita-cita sendiri pun tengah mengkhianati. Padahal proses pengambilan keputusan akan cita-cita ini telah melalui waktu yang cukup panjang. Belum lagi mengingat malam-malam yang sulit tidur atau hari-hari yang dilalui dengan memikirkan bagaimana seharusnya, kemudian keputusan apa lagi yang harus dicoba? Jujurly, bloger memang takut pada realita yang mungkin bisa memaksa diri untuk membelok. Jika Utara hanya bisa melakukan catur dalam hidupnya, maka kemampuan yang bloger kuasai sekaligus nyaman dalam melakukannya adalah merangkai kata demi kata ini.

Saat kesempatan untuk membaca buku ini menghampiri, bloger langsung hanyut dengan kisah kemelut para tokohnya. Jika selama ini bloger yakin bahwa usaha tak mengkhianati hasil, sebenarnya secara logika, pada titik-titik fase hidup tertentu, manusia tetaplah memiliki potensi untuk gagal dalam meraih cita-citanya. Dan kalau pikiran bersedia membuka diri, biasanya kegagalan tersebut akan mengantarkan kita pada keberhasilan lain.

Jadi, ini adalah cerita dengan tokoh utama bernama Utara Paramayoga dan Javier yang bertemu kegagalan dari hal yang mereka cintai. Utara adalah seorang atlet catur. Selama 10 tahun perjalanannya mengasah diri, ia baru bisa benar-benar mencapai kebanggaan dalam hidupnya melalui dunia catur. Namun, ternyata itu adalah sebuah kamuflase belaka. Demi anaknya mendapatkan kemenangan, orangtua Utara melakukan segala cara. Termasuk mengganti pelatih catur anaknya tanpa izin. Belum lagi lawannya yang memutuskan untuk bunuh diri setelah mengalami kekalahan darinya. Dari kepahitan ini, Utara memutuskan untuk keluar dari dunia yang disenanginya selama ini.

Sampai akhirnya ia bertemu dengan Javier. Seorang playboy yang suka sekali bertindak semaunya. Seorang bos yang malas-malasan berangkat ke kantor. Padahal, kantor itu dibangunnya sejak dari nol. Bagaimana jatuh bangun usaha tersebut, Javier-lah yang paling paham. Namun, di titik ia merekrut pegawai baru—Utara, ternyata itulah saat-saat ia tengah mempersiapkan diri untuk melepaskan segalanya. Hal yang paling dicintainya.

Kehidupan keduanya yang saling bersinggungan, membuat mereka mulai memahami permasalahan yang dialami. Bagaimana mereka saling tertegun. Sebab ternyata ada orang seperti Utara yang justru lari dari satu-satunya hal yang bisa dilakukannya. Juga Javier yang hendak melepaskan segalanya. Termasuk rekan-rekan yang sudah seperti keluarga sendiri.

Pada akhirnya, pembaca digiring untuk melihat hal-hal di balik tabir keputusan hidup Javier yang berlapis-lapis. Fakta yang pada akhirnya membuatnya memutuskan untuk menyerah pada cita-citanya. Kalau jadi Javier, rasanya marah sudah tak tahu di mana. Terlalu menyakitkan untuk terus berjalan pada pilihan di mana diri sendiri tak cukup memadai untuk cita-cita tersebut. Pelik sekali, bukan?

Rasa penerimaan memang tak semudah mengatakan, “Ya sudahlah. Mau bagaimana lagi.” Kenyataannya, lidah mampu melafalkannya berbarengan dengan penolakan dari hati. Dan ini yang akan membuat hati terus merasa sakit dan sakit ketika mengingat hal tersebut. Hal yang membuat hidup tak sesuai ekspektasi lagi.

Kembali ke cerita, dari jalan hidup dan keputusan Utara Paramayoga, kita bisa belajar bahwa segalanya tak bersifat seragam. Kalau kata netizen, sikap Utara atas Yasa dan sahabatnya Regina, “Kamu itu terlalu baik jadi orang.” Padahal, ternyata memang ada orang-orang yang merasa nyaman untuk memberikan respon seperti itu. Bukan karena hal itu merupakan kebaikan apalagi hal yang memang seharusnya dilakukan. Namun lebih kepada perasaan diri yang payah. Tak layak mendapatkan kebaikan atas keegoisan yang tercipta.

Lalu, pada kehidupan Javier, Sobat Readers juga bisa belajar untuk menerima dan mencari alternatif yang bisa jadi sama indahnya atau bahkan lebih indah dari cita-cita yang awalnya dikejar. Ada satu titik dari pemahaman Javier yang membuat bloger sepakat. Terlepas dari dia adalah tokoh fiksi, bloger merasa senang karena ternyata memiliki teman sepemikiran. Yakni tentang sesuatu yang terlihat begitu berkilau sebelum digapai, tapi saat digenggam ternyata biasa-biasa saja. Maka dari itu, demi menjadikan momen-momen tertentu terasa selalu spesial, bloger membuatnya terjadi hanya sekali saja dalam seumur hidup.

Keharmonisan keluarga Javier pun memiliki caranya sendiri untuk menunjukkan kasih sayang. Bagi beberapa orang, mungkin respon sarkasnya Javier amat menyinggung hati. Namun, bagi bloger itu menghibur. Apalagi saat awal-awal ia menjalin hubungan dengan Utara. Bloger menikmati keributan mereka yang justru sama-sama dilakukan untuk memberikan ruang bagi satu sama lain.

Bagaimana Javier memperlakukan para pegawainya mengingatkan bloger pada salah satu drama yang dibintangi oleh Jisung. Di mana sebagai leader, ia mampu memunculkan dan menarik potensi-potensi terpendam dari orang-orang di sekitarnya. Memang melelahkan, tapi keren sekali orang dengan karakter begini. Tipe yang ingin sukses bersama. Meski di satu sisi bisa jadi menyedihkan atas pengorbanannya.

Di Pengantara sendiri suasana kerjanya seru dan nyaman. Atau memang seperti itulah jika bekerja di bidang industri kreatif? Entahlah. Yang pasti, berada di lingkungan kerja tersebut merupakan suatu kesenangan tersendiri.

Lihat saja motto di kantornya.

FREEDOM

You don’t have to please everyone.

You don’t have to be anyone.

Just be what you want.

Just do what makes you happy.

FREELY

Bloger akan menobatkan novel ini sebagai buku yang sangat nyaman untuk dijadikan teman duduk. Sobat Readers juga bisa menjadikannya sebagai sarana relaksasi terhadap kehidupan sendiri. Ya, barangkali ada yang ingin belajar menerima satu fase kehidupan bersama Utara dan Javier? Atau sekadar mengetahui betapa berbedanya sebuah masalah jika dipandang dari sudut yang tak sama. Apa Sobat Readers setuju?(^_^)

NB : Sobat Readers bisa dapatkan bukunya di sini 😉

Follow juga akun IG @mitoreadbooks buat dapet teman baca✨️

Cilacap, 2022年8月1日

2 respons untuk ‘Kontemplasi Bersama Luka Cita Utara dan Javier

Tinggalkan komentar