Asyiknya Belajar Duit dari Seekor Anjing

Judul             : A Dog Called Money

Penulis          : Bodo Schafer

Penerbit         : Bentang Pustaka

 

doc. pribadi

Blurb

 

Mengapa uang yang kita punya cepat sekali habis tak bersisa?

           Mengapa menabung untuk mewujudkan mimpi terbesar kita terasa sangat jauh dan nyaris mustahil?

           Iklan utang online ada di mana-mana. Apakah ini waktu yang tepat untuk mencoba sedikit berutang?

 

Sebagian besar dari kita pasti pernah (atau sedang?) bermasalah dengan keuangan. Bahkan, sekadar mencukupkan antara pemasukan dan pengeluaran saja terasa sangat menantang. Jika itu yang dialami, kemungkinan besar hal itu terjadi karena kurangnya pemahaman finansial yang kita dapatkan.

Bodo Schafer, ahli finansial terkemuka di Eropa, membuat gebrakan lewat A Dog Called Money. Alih-alih menulis serangkaian tip dan teori dengan istilah rumit, buku ini disajikan melalui sudut pandang seorang gadis kecil bernama Kira dan anjing bernama Money yang bisa berbicara. Dia menyisipkan berbagai pemahaman dasar mengenai uang, cara mendapatkannya, mengaturnya sesuai prioritas, hingga menginvestasikannya dengan cara yang begitu sederhana.

***

 

Satu kalimat untuk buku ini, yakni buku keuangan paling renyah yang pernah bloger baca. Selain itu, bisa menyulap pemahaman mengenai saham dan reksa dana semudah 1 + 1 = 2. Buku ini hanya setebal 190-an halaman saja, tapi isinya padat!

 

Buku Nonfiksi Rasa Fiksi

Sebuah sajian menyenangkan ketika banyaknya materi diolah dan dimasak dengan kreatif menjadi santapan yang sedap rasanya. Bagaimana istilah-istilah sulit menjelma dan menyaru dengan gurihnya rasa fiksi, sehingga meringankan kerja otak untuk mencerna definisi dengan lebih sederhana.

Lewat buku ini, pembaca diajak untuk belajar dari sudut pandang Kira. Bocah usia 12 tahun yang tak ingin mendengar topik uang dibicarakan sembari sarapan. Alasannya sederhana saja, pertama karena dia tidak tahu apa-apa tentang uang. Kedua, dia merasa tak ada satu pun dari anggota keluarga yang merasa senang ketika membahas topik tersebut. Kira memang dikisahkan berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Di mana orang-orang dengan tingkat perekonomian ini terbiasa untuk bekerja bagai kuda demi mencukupi ragam kebutuhan dibarengi menutup utang yang satu dengan utang lainnya.

Namun, perasaan Kira yang buta akan persoalan uang lambat laun berubah saat hubungannya dengan Money, si anjing Labrador semakin erat. Awalnya Kira sempat sangsi orangtuanya akan mengizinkannya merawat anjing hilang tersebut lantaran kondisi ekonomi keluarga yang kurang mendukung. Akan tetapi, siapa sangka keduanya justru bisa saling berkomunikasi! Bahkan tak hanya itu. Money membuat Kira belajar hal-hal baru tentang uang. Eh, tidak, tidak. Malah lebih dari itu!

Baca juga : Ternyata Menjadi Dewasa Itu … Adalah Proses Berdamai dengan Diri Sendiri

Aman untuk Pemula

Sobat Readers yang awam sekali tentang perkara uang, akan mudah mencerna kisah Kira. Malah uniknya, kalian akan merasa menjadi Kira tanpa merasa bodoh. Kemudian sepakat dengan pertanyaan-pertanyaan Kira yang lugu, namun itu pula yang kalian butuhkan jawabannya.

Apa yang Sobat Readers pikirkan tentang saham dan reksa dana juga bursa efek? Sulit? Terlalu membingungkan? Atau tak terjangkau? Tenang, kalian akan diajak berdiskusi bersama Kira dan sepupunya, Marcel, lewat perantara aksi penggagalan pencurian di rumah Bu Trenton.

Ada juga orang kaya bijak yang senang membagikan pengalaman-pengalaman berharganya. Dia juga adalah pemilik lama dari Money. Kira sempat khawatir Money akan kembali ke rumah lamanya. Namun di luar dugaan, Pak Goldstein justru memberikan kejutan-kejutan menyenangkan lainnya.

Baca juga : Membangun Kebiasaan Baru Bersama Atomic Habit

Bisa Dijadikan Panduan Menarik

Dengan mengetahui apa-apa saja yang terjadi pada tokoh-tokoh serta hal-hal baik yang mereka dapatkan dalam cerita buku ini, Sobat Readers bisa menjadikannya tuntunan guna memperbaiki kondisi keuangan pribadi. Kalau buku-buku nonfiksi kebanyakan biasanya akan menampilkan lembar-lembar worksheet yang bisa diisi atau dipraktikkan langsung oleh pembaca. Dalam buku ini, Kira akan menjadi contoh yang bisa diikuti keputusannya.

Bloger pun menerapkan beberapa poin dari buku ini untuk mengubah mindset tentang keuangan pribadi di dunia nyata. Dan menyadari bahwa sepertinya ada yang salah terkait konsep keuangan yang dianut selama ini. Isi buku ini sangat membantu. Dari memperbaiki pola pikir tentang keuangan, perlahan pembaca bisa mencoba mengelola uang dengan lebih baik. Kemudian diperlihatkan pula bagaimana menyikapi masalah-masalah keuangan yang dimiliki, seperti contohnya perihal menyikapi utang.

 

Lebih Dari Sekadar Urusan Perduitan

Sebelumnya, bloger sempat membaca postingan buku ini di akun X-nya kak Hestia. Menurutnya, buku ini tidak hanya membahas perkara uang. Dan ternyata betul. Memang pada intinya, ide besar dalam buku ini adalah apa dan bagaimana mengelola uang itu sendiri. Akan tetapi, bloger pun dibuat melek untuk tahu adanya hubungan erat antara uang dengan pribadi si penerima uang. Sampai sini Sobat Readers bisa membayangkan asyiknya membaca buku ini?

Pun ada kaitannya dengan besarnya nominal yang bisa didapatkan. Kalau selama ini bloger sekadar bekerja demi mendapatkan uang, poin-poin dalam buku ini bisa menambah nilai diri untuk layak menggeser nominal uang yang didapatkan. Menarik bukan?

 

Kutipan Membangun Dari Buku

Sejak dulu, bloger memang senang dengan kutipan-kutipan bernada positif. Dari sini biasanya ada yang relate dengan kehidupan pribadi, sehingga ketika bertemu momen menemukannya bak mendapatkan sebuah pencerahan. Selanjutnya, dari sini kutipan tersebut menjelma menjadi pengingat atas tingkah laku pribadi. Dari buku ini ada banyak kutipan yang bisa ditandai untuk dijadikan poin-poin sandaran dalam berlatih di kehidupan nyata.

Berikut beberapa di antaranya :

 

“Aku juga berpendapat uang bukanlah yang terpenting dalam hidup. Tetapi, uang akan menjadi sangat penting ketika jumlahnya tidak cukup,”_Money, hal. 11

Ini bisa dibilang tamparan awal saat baca buku ini.

 

“Sebagian besar orang tidak tahu persis apa yang mereka inginkan. Mereka cuma tahu bahwa mereka ingin lebih.”_Money, hal. 17

Ini membuat pikiran bloger melayang. Sebab, di titik-titik tertentu bloger memang menginginkan lebih. Padahal, mungkin itu adalah efek dari rasa nelangsa lantaran tidak bisa sebebas orang lain dalam membeli apa yang diinginkan. Padahal kalau dilihat lebih dekat, kebutuhan utama bloger masih tercukupi.

 

“Terlalu banyak orang di luar sana yang menunda mengambil tindakan karena merasa harus memahami dahulu seluruh seluk beluk dari tindakan yang akan mereka lakukan.”_Money, hal. 19

Ini jelas tamparan kedua. Sebab relate dengan kehidupan sendiri. Suka terlalu perfeksionis untuk memulai sesuatu. Padahal sejatinya hanya perlu membuat langkah pertama untuk selanjutnya bisa terus memperbaiki.

 

“Mengetahui cara mendapatkan sesuatu tidaklah penting, justru jauh lebih penting mengetahui apa yang betul-betul kau inginkan. Jika tidak, kau akan menyerah begitu membentur rintangan pertama.”_Money, hal. 33

Buat bloger, jleb momen kalimat ini adalah saat ingin mempertahankan sebuah nilai. Lalu, diri sendiri akan bertanya-tanya. Sudah benarkah nilai yang selama ini dipertahankan? Atau perlu adanya revisi dan revolusi? Karena sejatinya cara pikir manusia beserta keputusannya adalah hal yang sifatnya dinamis.

 

“Kepercayaan diri kitalah yang menentukan akankah kita meyakini kemampuan diri sendiri atau tidak. Jika kita tidak memiliki keyakinan terhadap sesuatu, kita tidak akan mengambil langkah pertama. Dan jika kita tidak mengambil langkah pertama, takkan ada apapun yang terjadi.”_Money, hal. 35

Hingga saat ini, bloger masih kerap menemukan momen-momen yang membuat percaya diri memudar. Terlebih pribadi yang kurang nyaman menjadi pusat perhatian. Namun, benarkah tidak apa-apa jika diri melewatkan peluang untuk melihat hasil begitu saja? Terlepas dari bentuk hasil tersebut baik ataupun buruk.

 

Dua buah nasihat ;

Pertama, selalu usahakan untuk memecahkan persoalan orang lain. Dengan begitu, kita akan selalu mendapatkan uang yang lumayan.

Kedua, bekerjalah dengan apa yang kita ketahui, apa yang bisa kita lakukan, dan apa yang sudah kita miliki.

Nasihat-nasihat di atas memberikan pencerahan pada bloger.

 

“Itulah kekeliruan sebagian besar orang yang kesulitan menyambung hidup. Karena banyak sekali perkara mendesak yang selalu saja harus dikerjakan. Mereka tidak pernah meluangkan waktu secara sadar untuk mengurus perkara yang benar-benar penting.”_Money, hal. 59

Tamparan ketiga di mana hal ini menjadi pengingat bloger untuk lebih fokus pada hal apa yang benar-benar ingin dilakukan. Memang sesekali membuat nelangsa dan miris. Namun, masih ada celah untuk menjadikan kedua sisi tersebut akur.

 

“Mereka ingin mengubah situasi yang mereka hadapi, tetapi tidak menyadari bahwa mereka harus mengubah diri sendiri terlebih dahulu.”_Money, hal. 60

Manusia senantiasa berubah-ubah. Segala keputusannya akan selalu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang dialami. Akan tetapi, jika itu tidak berasal dari dalam diri sendiri, maka pondasinya akan lemah.

 

“Sebesar apa penghasilan kita bergantung pada sebesar apa kepercayaan diri kita. Dan supaya rasa percaya diri itu tumbuh, kita harus berfokus pada macam-macam hal yang bisa dilakukan, bukannya pada hal yang tidak bisa dilakukan.”_Kira, hal. 116

Awal memutuskan untuk upgrade diri, bloger belajar banyak hal sampai rasanya kusut. Bagaimana tidak? Sebegitu banyaknya hal baru harus dipelajari, belajar sendiri jelas butuh proses, butuh waktu sedikit demi sedikit, sedangkan hasil kerap mengkhianati. Memang dilema. Namun, reminder dari Kira ini membuat bloger termenung sejenak serta mulai berpikir untuk mengerucutkan apa-apa saja yang bisa dilakukan dan tidak.

 

“Pengalaman terbaik dalam hidup kuperoleh ketika melakukan sesuatu yang kutakutkan.”_Pak Hannigan, hal. 127

Banyak yang bloger dapatkan dari keberhasilan menaklukkan ketakutan sendiri.

 

“Banyak orang yang hidupnya hancur karena mereka enggan menghadapi masalah, kesalahan, dan rasa malu.”_Money, hal. 132

Ini membuat bloger berpikir, maukah diri sendiri menjadi the next person yang hancur hidupnya lantaran menghindari masalah?

 

“Tidak usah berduka karena kehilangan. Bersyukur saja karena yang hilang itu dulu pernah kita miliki.”_hal. 185

Setiap orang punya hak untuk merespon sesuatu. Dan bloger cenderung pada hal yang membuat hati adem saja.

 

Menyenangkan bisa menjadi salah satu pembaca dari buku bersampul warna kuning ini. Bloger mendapatkan kejutan-kejutan manis untuk memperbaiki hidup sendiri. Padahal sama sekali tidak berekspektasi sejauh ini sebelum membaca. Terimakasih kepada penulis yang telah berhasil menyajikan buku keuangan dengan gurih. Yang mampu menjangkau kehidupan ekonomi rendah. Serta memberikan pengertian dengan bahasa yang lebih mudah dipahami.

Baca juga : Insecurity is My Middle Name

Bagaimana? Apa Sobat Reders tertarik untuk membenahi hidup sendiri melalui pengetahuan dalam buku ini? Atau justru menyadari bahwa umur Kira terlalu muda dalam belajar soal keuangan? Karena usia remaja adalah saatnya bermain dan berpuas-puas diri semata.(^_^)

 

Desa Ngapak, 2024年6月6日

TENANG SAJA

doc. pribadi

Jadi, gimana umur 20 tahunmu, Dek? Benarkah umur 20 tahun adalah fase seram-seramnya perpindahan dari remaja menuju dewasa?

 

“Coba, emang kenapa dengan umur 20 tahunmu, Mbak? Gejolak rasa seperti apa yang kamu rasakan di umur ini?”

 

Tanyamu di sesi deep talk kita via chatting pada suatu malam.

Umur 20, ya? Hmm, umur 20 tahun kakakmu biasa-biasa aja deh. Hahaaa…. Eh, sebentar! Oh, iya, kakakmu baru ingat sekarang! Itu adalah masa rantauan pertama. Sebelumnya, kakakmu memutuskan untuk mengajukan proposal ijin merantau ke luar kota. Terlebih untuk menempuh pendidikan. Ini adalah keputusan anak perempuan pertama yang cukup gila sih, kalau dipikir-pikir sekarang. Terlebih mengenang motivasi dibalik keinginan untuk menempuh pendidikan tersebut.

Dengan hati berdebar, kakakmu mengajukan proposal untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta. Di satu sisi, keberuntungan kondisi saat itu adalah sekolah dilihat dari segi akreditasinya dan setelah riset kecil-kecilan via internet, kakakmu menemukan satu PTS yang jurusan dan biayanya dinilai terjangkau oleh kondisi ekonomi keluarga.

Apakah proposal langsung mendapat lampu hijau?

Oh, tentu nggak semudah itu Rosalinda. Bidang pendidikan dan kesehatan serta status pegawai negeri sangat menjanjikan di mata kedua orangtua dan kakak kita. Alasan mimpiku jelas mendapat pertentangan dan keluarga terus membujuk agar kakakmu ini bisa memilih jurusan yang mungkin tampak lebih rasional di mata mereka. Jujur, kecewa memang lantaran mimpi sendiri dipandang sebelah mata dari lingkup terdekat. Dan setelah beberapa hari mencari wangsit, kakakmu akhirnya berusaha memandang profesi guru sekolah dasar dari sisi yang positif. Ketika hati mencoba mematisurikan mimpi dan mencoba patuh pada opini keluarga, tiba-tiba celah kesempatan itu hadir kembali.

Baca juga : Ngomongin Masalah Hidup

Singkat cerita, kakakmu akhirnya mendapat ijin untuk merantau sesuai keinginan dan usaha riset kecil-kecilan pun nggak sia-sia. Dari sinilah peluang demi peluang untuk bertumbuh dan berkembang itu hadir. Dengan bertemu banyak orang, lingkungan baru, belajar membuat keputusan sendiri, sampai ragam sisi kepahitannya menghiasi. Hidup kalau manis doang mah nggak seru. Yee ‘kan?

Kejutan-kejutan di umur 20-mu juga kayaknya banyak yang bikin jungkir balik. Coba aja cek sendiri. Dan hal-hal mana saja yang membuatmu berbeda dari dirimu yang sebelumnya? Selain itu, mana-mana pula yang membuatmu bisa berterimakasih pada dirimu sendiri? Di samping itu, adakah di antara kesemuanya yang mendekatkanmu pada Penciptamu? Lalu, mana-mana juga yang membuatmu akhirnya menyadari sesuatu yang ada di sekitarmu?

Sebenarnya nggak wajib kalau umur ini menyeramkan untuk setiap orangnya. Hanya saja, kebanyakan mungkin di umur inilah masing-masing individu mulai membuat keputusan dalam hidupnya. Dari yang tadinya asal masuk sekolah atau ikut keputusan keluarga untuk masuk ke sekolah tertentu, tapi di umur 20 ini individu juga dituntut untuk menemukan jawab atas pertanyaan jati diri. Semacam mencari jawab dari pertanyaan, “Mau jadi apa kamu nanti?” Dan jika individu tersebut terbiasa nyaman, ya sangat mungkin umur ini terasa menyeramkan dan memberatkan. Seolah-olah masa depan suram juga membayang di depan mereka.

Kamu sendiri gimana, Dek? Punya penerawangan apa atas masa depanmu sendiri? Hehee…

Namun, daripada memikirkan masa depan yang terasa berat di depan sana, mungkin akan lebih realistis ketika kamu melakukan yang terbaik di hari ini. Ya, hari ini. Sederhananya, kalau masa lalu sudah bukan milikmu alias nggak bisa kamu apa-apakan lagi dan masa depan belum sanggup tergapai oleh tanganmu, bukankah yang kamu punya adalah hari ini? Ruang nyata yang bisa kamu perjuangkan dengan melakukan yang terbaik atau bersantai saja, atau bahkan melepaskan peluang-peluang yang ada lantaran takut mencoba. Semua pilihan ini amat dekat dalam rentang waktu hari ini.

Coba mengenang permasalahan besarmu tempo kemarin. Di mana masih ada sisa-sisa yang perlu dibereskan, apakah kamu menemukan pembelajarannya di sana? Hal yang mungkin bisa kamu tandai sebagai penyebab kesalahan di waktu lampau dan bisa diusahakan agar nggak terulang kembali di hari ini. Adakah? Selamat kalau kamu berhasil menemukannya. Itu bisa jadi privilese juga untukmu. Karena siapa bilang privilese adalah tentang kekayaan, keluarga yang memiliki power, atau fisik yang menawan. Privilese lebih luas lagi. Tentang kesempatan baik yang menghampiri, kesadaran melihat peluang dalam suatu kondisi, support system positif, circle yang mampu mengajakmu bertumbuh dan berkembang, kesediaan untuk membuat keputusan terbaik, sampai sebatas kemauan untuk melakukan yang terbaik pada setiap kesempatan yang ada.

Baca juga : Seni Memilih Jalan ‘Sulit’

Nah, ‘kan ternyata banyak. Yang belum disebutkan juga masih banyak lagi, lho. Itu semua menyesuaikan kondisi jalan hidup masing-masing orangnya.

Silakan singgahi bumi Tuhan lebih luas lagi. Selami ilmu kehidupan Tuhan lebih dalam lagi. Juga bertemulah dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan lebih banyak lagi. Lalu lihat, apa yang berbeda dari dirimu yang saat itu dengan dirimu di masa lalu. Terasa misteri ‘kan? Apa pun bisa terjadi dan terwujud atas kehendak-Nya yang juga bergandengan dengan keputusan diri tentunya. Hehee…

Pusing?

Sama

Lho?

Wkwkwkwkwk

Udah, kalau belum nyampe, kita beralih ke topik lain aja dulu. Kesaman sachet kayak kita gini suka terlalu jauh menjangkau segala sesuatunya, XP

Btw, ada cerita menarik apa di momen spesialmu kali ini, Dek?

Setelah mengilas balik hal-hal yang mungkin menjadi momen kehilanganmu di usia 20 kemarin, pastinya ada momen-momen baik atau istimewa alias menyenangkan di rentang umur yang sama. Sebab Tuhan menciptakan segala sesuatunya secara berimbang. Setelah ada hujan yang mengeroyok bumi, berikutnya giliran pelangi tersenyum menghias angkasa.

Sama halnya dengan hidupmu. Sepahit-pahitnya, pasti ada manis-manisnya juga dong. Kayak kado antimainstream-mu itu. Cieeee…. Seru, ya. Dapat sesuatu yang unik dan belum pernah terbayangkan sebelumnya di hari istimewa. Terlebih memberi kesan di hati, hehe…

Ingat pada hal-hal yang dipunya pun jadi keberuntungan tersendiri kok. Kendati itu hal yang biasa di mata orang lain, tapi rasakan saja bagaimana hatimu bergetar karenanya. Sebab bisa jadi itu akan mengantarkanmu pada rasa bersyukur. Seolah hati yang sempat menyempit, melebar kembali dan siap menampung hal-hal negatif lagi untuk dinetralisir. Jadi bisa dibawa asyik kayak lagunya Chintya Gabriella yang judulnya “Nikmati Perjalanannya”, mwuehehee 😀

Baca juga : Seni Membaca Peluang

Jadilah versi terbaikmu sendiri. Mari kita jadi kemasan sachet terbaik ala sendiri-sendiri, wkwkwkwk.

Oke, deh. Akhir kata dan nggak lupa, selamat berkurang jatah umur hidup ya, Adek. Semoga di sisa umurmu semakin berkah, diberi kekuatan buat mencapai segala kebaikan yang kamu yakini dan mendapat ridho-Nya atas segala tindakan baik yang masih dalam rencana maupun yang sudah dilakukan, serta diberi kelapangan hati untuk menjalani tiap proses pembelajaran. Aamiin ya rabbal’alamiin.

Sampai jumpa di sesi deep talk selanjutnya.

 

Desa Ngapak, 2024年6月4日

Kudasai, Saat Humor Tak Ampuh Lagi Diandalkan Untuk Bertahan

Judul Buku : Kudasai

Penulis : Brian Khrisna

Penerbit : Mediakita

doc. pribadi

*Blurb*

Akibat tindakan bodohnya, Chaka terpaksa menikahi Twindy, seorang alpha female luar biasa yang memimpin sebuah firma arsitek terkemuka. Chaka yang seumur hidupnya hanya memiliki dua keahlian, yaitu bernapas dan memasak, mau tidak mau harus menjalani kehidupan pernikahan yang layaknya sedang menjalani tutorial siksa kubur.

Selama dua tahun pernikahan, Chaka tidak pernah sekali pun berani melawan Twindy yang galak banget kayak istri mudanya Firaun. Meskipun begitu, Chaka selalu menyayangi Twindy yang menjadi tulang punggung utama di rumah. Chaka sendiri lebih banyak mengurusi pekerjaan sehari-hari, seperti memasak, mencuci piring, membersihkan WC, dan mengelola kafe. Semua barang di rumah dan kafe juga adalah milik Twindy, sedangkan barang yang Chaka beli dengan uangnya sendiri hanya sikat gigi dan remote TV.

Seolah-olah kehidupan penuh tangis dan tawa itu belum cukup, Chaka tidak sengaja bertemu mantan pacar yang dulu ditinggalkannya untuk menikah dengan Twindy. Segala hal yang belum selesai di antara mereka pun membawa Chaka ke pusaran yang meskipun ia sekuat tenaga berenang menjauh, tetapi ia justru semakin terseret mendekat.

Apakah Chaka harus membiarkan dirinya terseret dan tenggelam bersama masa lalunya, atau meraih uluran tangan Twindy yang ternyata sedang mengandung anaknya?

***

Pinjam kalimatnya Raditya Dika dalam sebuah podcast, “Komedi adalah cara gue bertahan hidup saat SD.” Komedi pun salah satu cara bloger bertahan menikmati proses atau biasa bloger sebut sebagai seni menertawakan hidup sendiri. Ini pula yang bloger tangkap dari kesan membaca Kudasai di bab-bab awal. Oke, jadi seperti apa karya fiksi yang satu ini?

Garis Besar Cerita

Ranchaka atau biasa dipanggil A’ Chaka adalah seorang pemuda yang akibat kebodohannya, ia jatuh hidup bersama dengan Twindy. Wanita mandiri yang tampak sempurna dari segala sisi.

Chaka dan Twindy sudah ibarat bumi dan langit. Karakter keduanya yang bertolak belakang, membuat mereka nyaris bertengkar setiap hari. Eh, lebih tepatnya Twindy memarahi Chaka atas banyak hal yang dilakukan, sih. Bahkan sekadar bernapas saja salah. Bayangkan. Ajaibnya, mereka mampu bertahan mengarungi bahtera pernikahan hingga memasuki angka 2 tahun.

Dan sisa-sisa masa lalu Chaka yang bernama Anet mulai muncul kembali. Gadis dengan energi penerimaan luar biasa itu akhirnya berhasil menemukan Chaka. Dia adalah mantan pacarnya yang tiba-tiba ditinggalkan ketika tengah tergolek di rumah sakit. Anet jelas senang bukan kepalang akhirnya bisa menemukan Chaka. Sosok laki-laki yang membuatnya nyaman. Segala usaha telah dia lakukan demi menunggu sekaligus mencari pacarnya yang mendadak raib tanpa alasan tersebut. Selama dua tahun belakangan, ternyata Anet terus berjuang mencari Chaka. Nomor ponsel pun sengaja tak digantinya. Khawatir Chaka akan kembali pulang mencarinya. Sampai pada akhirnya mereka tidak sengaja bertemu di kafe yang dikelola oleh Chaka.

Chaka yang bingung dengan keadaannya yang sekarang, rasanya sulit untuk berterus terang pada Anet. Penerimaan Anet yang justru gembira bisa bertemu dengannya lagi menjadi faktor yang semakin membuat hatinya semakin bersalah. Chaka mengakui ia sepenuhnya salah pada mantan pacarnya tersebut. Meskipun tidak bisa dipungkiri, kebodohan yang telah menjerumuskannya ke kehidupan yang sekarang ini pun ada sangkut pautnya dengan Anet. Semakin tebal saja rasa bersalah yang bercokol dalam hatinya.

Dua tahun berjalan, membuat Chaka menyadari perasaannya terhadap Twindy. Ia paham untuk berkomitmen pada wanita dengan status istri tersebut. Namun, setelah mendengar pengakuan dari Anet, Chaka lagi-lagi semakin meragu untuk memberitahukan kondisi yang sebenarnya. Kendati bersama Twindy martabatnya sebagai laki-laki lenyap, Chaka mulai tahu bagaimana menghadapinya. Saking kuatnya aura Twindy, sampai-sampai orang lain mengira bahwa Twindy adalah nama Chaka, jadi ia dipanggil dengan sebutan Bapak Twindy. Bukannya Twindy yang beralih mendapat sebutan sebagai Ibu Chaka atau Nyonya Chaka.

Dilema perasaan tersebut mengantarkan hubungan Chaka dan Twindy berada di ujung tanduk. Chaka pun mendapat masukan dari kedua temannya. Walau bagaimanapun Chaka harus memilih. Ia harus menyelesaikan perkara hatinya dengan dua perempuan dalam hidupnya tersebut. Anet butuh penjelasan, sedangkan Twindy perlu berkali-kali diketuk pintu hatinya. Sosok wanita mandiri hanya butuh laki-laki yang berada di sisinya. Diyakinkan hubungannya, bahwa sekarang sudah ada laki-laki yang akan menemani saat susah dan senangnya. Meskipun respon Twindy kerap kali justru kasar dan menolak Chaka. Sikap yang bertolak belakang dengan keinginan terdalamnya. Kecacatan di balik kesempurnaan seorang Twindy. Atau efek samping dari seorang alpha female yang seringkali berjuang hingga tetes darah penghabisan?#eh

Chaka pun mengikuti saran itu dengan berat hati. Tentunya dengan sedikit pemaksaan kondisi dari teman-temannya. Satu gunung meletus. Anet jelas marah dan kecewa mengetahui fakta tersebut. Namun, ia pun tidak bisa membohongi hatinya yang terus mendukung kebahagiaan untuk seseorang yang dicintainya.

Bergulir pada Twindy, jika bernapas saja Chaka sudah salah dan berujung pada dimarahi, kebayang ‘kan bagaimana semburan lava panas dari letusan gunung yang satu ini? Sampai di titik ini, Chaka berhasil menentukan pilihan pada Twindy. Sialnya, di saat cinta sedang merekah-merekahnya di antara keduanya, kabar buruk itu kembali datang.

Penyakit Anet kambuh. Rasa bersalah dan tanggungjawab yang tersisa membuat Chaka meminta ijin pada Twindy untuk menemani sang mantan. Istri mana yang akan rela suaminya menemui sang mantan? Apalagi jelas-jelas menemani di waktu terpentingnya. Cerai menjadi senjata Twindy untuk menghentikan langkah Chaka. Akan tetapi, celah kesempatan itu datang. Chaka memutuskan pergi guna memastikan keadaan sang mantan baik-baik saja.

Takdir berkata lain. Beban perasaan bersalah semakin berat dalam hati Chaka. Separuh jiwanya hilang tanpa disadari. Ini bukan keinginannya, ia juga sadar harus menjaga Twindy dengan segenap hati, tapi Chaka pun tak mampu meredamnya. Hingga kelinglungan Chaka menimbulkan masalah besar lagi di antara keduanya. Hal tersebut sampai membahayakan kondisi janin dalam perut Twindy.

Tak mampu dipertahankan, Twindy meminta paksa Chaka untuk menandatangani surat cerai. Chaka memohon, tapi Twindy bergeming. Terbuang dan tak punya tempat kembali, Chaka semakin hilang arah.

Baca juga : Kontemplasi Bersama Luka Cita Utara & Javier

Jatuh Bangun Perasaan

Pembaca disuguhi karakter Chaka yang humoris serta monolog-monolog khas Chaka yang sukses membuat tertawa. Guyonan ala Chaka ini juga mengingatkan bloger pada sajian-sajian cerita dalam komik Jepang. Jadi, bagi pembaca yang juga penikmat manga, pasti akrab dengan banyolan-banyolan dari Chaka tersebut. Banyolan yang detik berikutnya dihempas menghunjam bumi alias perubahan perasaan yang drastis. Seperti beberapa kutipan di bawah ini ;

1.

“Perempuan tadi udah aku pecat,” ujar Twindy dengan nada kesal.

“Heeeee?!” Gue sontak terkejut. Alis gue sampai naik dua-duanya.

“Terus, itu ke mana cincinnya? Kenapa gak dipake? Sengaja dilepas biar keliatan belum punya istri, hah?!”

“HEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE?!!!”

Nyawa gue mendadak izin tamasya ke Sidoarjo.

2.

“Sayang, aku bisa lepas tangan, lho,” ujar gue.

“Gak usah macam-macam, deh!” balas Twindy yang tiba-tiba melingkarkan lengannya ke pinggang gue .

“Serius. Lihat, ya.”

“Chaka!”

“Satu … dua … tiga!!!”

Gue melepas kedua tangan, Twindy langsung membenamkan kepalanya di punggung gue sambil berteriak.

“Yeeee, apaan, sih, pakai teriak segala. Wong, kita lagi di lampu merah, makanya aku bisa lepas tangan. Malu, tuh, dilihat orang-orang.”

Bletak!

Helm gue dipukul kencang. Kali ini bukan kaca helm yang turun, tapi otak gue yang langsung menetes keluar dari hidung.

Bagaimana? Sampai sini paham’kan maksud bloger? Bloger belum tahu apakah ada novel genre serupa dengan tipe banyolan seperti di atas. Ini memberi efek baca novel serasa baca komik. Asyik. Ditambah lagi kelebihan Chaka dalam merespon kenestapaan yang menerpa hidupnya. Yang harusnya marah atas sikap Twindy pada Chaka yang mana statusnya adalah suaminya, jadi beralih sebaliknya. Ikut tertawa dengan monolog khas Chaka yang mengomentari kemelasan hidupnya sendiri. Pembaca dibawa menikmati alur semengalir itu. Meski alur jatuh bangun perasaan penulis sajikan hingga ending.

Baca juga : Tegar Adalah Kita yang Mencoba Berdamai dengan Masa Lalu

Tidak Disarankan untuk Pembaca yang Sulit Move On

Cara penulis membuat alur cerita dengan mengenalkan pembaca pada tokoh utama bernama Chaka ini benar-benar halus. Bukan saja Twindy dan Anet yang dibuat nyaman dengan karakter tokoh utama, tapi juga para pembaca. Sampai akhirnya pembaca terjerat oleh para tokoh di dalamnya hingga muncul emosi dalam diri. Simpati hingga berubah empati mewujudkan proyeksi para tokoh imajinasi melekat di hati.

Ketika tokoh mendapat nasib yang menyenangkan, pembaca ikut senang. Begitu pula sebaliknya. Ketika tokoh harus jatuh ke jurang kesedihan, pembaca jadi ikut-ikutan sedih. Begitu terus permainan rasa tersebut sampai bagian ending cerita.

Cerita yang menyuguhkan kisah masa lalu yang belum usai bisa jadi akan mentrigger pembaca dengan pengalaman serupa. Mending kalau itu bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Kalau sebaliknya? Jadi ikut-ikutan membuka memori lama yang ternyata belum usai juga dari relung hati? Duh.

Bukannya terhibur malah jadi nelangsa. Betul? Maka dari itu, buku ini sebaiknya dihindari untuk Sobat Readers yang punya kecenderungan gagal move on. Bisa bahaya. Sungguh.

Laki-Laki Boleh Rapuh Kok

Siapa bilang menjadi laki-laki itu harus kuat tanpa cela? Laki-laki juga manusia yang pastinya punya titik lemah dalam hidupnya. Tinggal dengan atau pada siapa titik lemah tersebut bisa ditunjukkan. Karakter Chaka berhasil menjadi perwakilan untuk ini. Bagaimana rusak dan hancurnya seorang laki-laki ketika dia menggunakan perasaan. Persis seperti yang dikatakan Bochum dalam sebuah podcast.

Sama halnya dengan perempuan yang ingin mendapatkan kesempatan setara dalam ragam hal, laki-laki pun layak terlepas dari pandangan bahwa mereka adalah makhluk paling kuat tanpa kelemahan. Jadi, yang dituntut selalu dan selalu kekuatan guna menjadi yang terdepan. Mungkin ini salah satu faktor kenapa laki-laki dan perempuan diciptakan berpasang-pasangan. Agar ketidaksempurnaan dari keduanya bisa saling terisi. Untuk selanjutnya bisa bergulir pada kondisi yang berimbang.

Baca juga : Perpustakaan Tengah Malam

Pengalaman yang menyenangkan sekaligus menyebalkan membaca novel ini. Novel setebal 400-an halaman yang butuh perjuangan untuk diselesaikan. Bukan karena menjemukan dan tidak punya waktu untuk membaca. Bloger butuh berdamai dengan perasaan sendiri lantaran dibanting berkali-kali oleh penulis, wkwkwkwkXD.

Baiklah, apa pendapatmu tentang novel ini, Sobat Readers?

Desa Ngapak, 29 Mei 2024