Kudasai, Saat Humor Tak Ampuh Lagi Diandalkan Untuk Bertahan

Judul Buku : Kudasai

Penulis : Brian Khrisna

Penerbit : Mediakita

doc. pribadi

*Blurb*

Akibat tindakan bodohnya, Chaka terpaksa menikahi Twindy, seorang alpha female luar biasa yang memimpin sebuah firma arsitek terkemuka. Chaka yang seumur hidupnya hanya memiliki dua keahlian, yaitu bernapas dan memasak, mau tidak mau harus menjalani kehidupan pernikahan yang layaknya sedang menjalani tutorial siksa kubur.

Selama dua tahun pernikahan, Chaka tidak pernah sekali pun berani melawan Twindy yang galak banget kayak istri mudanya Firaun. Meskipun begitu, Chaka selalu menyayangi Twindy yang menjadi tulang punggung utama di rumah. Chaka sendiri lebih banyak mengurusi pekerjaan sehari-hari, seperti memasak, mencuci piring, membersihkan WC, dan mengelola kafe. Semua barang di rumah dan kafe juga adalah milik Twindy, sedangkan barang yang Chaka beli dengan uangnya sendiri hanya sikat gigi dan remote TV.

Seolah-olah kehidupan penuh tangis dan tawa itu belum cukup, Chaka tidak sengaja bertemu mantan pacar yang dulu ditinggalkannya untuk menikah dengan Twindy. Segala hal yang belum selesai di antara mereka pun membawa Chaka ke pusaran yang meskipun ia sekuat tenaga berenang menjauh, tetapi ia justru semakin terseret mendekat.

Apakah Chaka harus membiarkan dirinya terseret dan tenggelam bersama masa lalunya, atau meraih uluran tangan Twindy yang ternyata sedang mengandung anaknya?

***

Pinjam kalimatnya Raditya Dika dalam sebuah podcast, “Komedi adalah cara gue bertahan hidup saat SD.” Komedi pun salah satu cara bloger bertahan menikmati proses atau biasa bloger sebut sebagai seni menertawakan hidup sendiri. Ini pula yang bloger tangkap dari kesan membaca Kudasai di bab-bab awal. Oke, jadi seperti apa karya fiksi yang satu ini?

Garis Besar Cerita

Ranchaka atau biasa dipanggil A’ Chaka adalah seorang pemuda yang akibat kebodohannya, ia jatuh hidup bersama dengan Twindy. Wanita mandiri yang tampak sempurna dari segala sisi.

Chaka dan Twindy sudah ibarat bumi dan langit. Karakter keduanya yang bertolak belakang, membuat mereka nyaris bertengkar setiap hari. Eh, lebih tepatnya Twindy memarahi Chaka atas banyak hal yang dilakukan, sih. Bahkan sekadar bernapas saja salah. Bayangkan. Ajaibnya, mereka mampu bertahan mengarungi bahtera pernikahan hingga memasuki angka 2 tahun.

Dan sisa-sisa masa lalu Chaka yang bernama Anet mulai muncul kembali. Gadis dengan energi penerimaan luar biasa itu akhirnya berhasil menemukan Chaka. Dia adalah mantan pacarnya yang tiba-tiba ditinggalkan ketika tengah tergolek di rumah sakit. Anet jelas senang bukan kepalang akhirnya bisa menemukan Chaka. Sosok laki-laki yang membuatnya nyaman. Segala usaha telah dia lakukan demi menunggu sekaligus mencari pacarnya yang mendadak raib tanpa alasan tersebut. Selama dua tahun belakangan, ternyata Anet terus berjuang mencari Chaka. Nomor ponsel pun sengaja tak digantinya. Khawatir Chaka akan kembali pulang mencarinya. Sampai pada akhirnya mereka tidak sengaja bertemu di kafe yang dikelola oleh Chaka.

Chaka yang bingung dengan keadaannya yang sekarang, rasanya sulit untuk berterus terang pada Anet. Penerimaan Anet yang justru gembira bisa bertemu dengannya lagi menjadi faktor yang semakin membuat hatinya semakin bersalah. Chaka mengakui ia sepenuhnya salah pada mantan pacarnya tersebut. Meskipun tidak bisa dipungkiri, kebodohan yang telah menjerumuskannya ke kehidupan yang sekarang ini pun ada sangkut pautnya dengan Anet. Semakin tebal saja rasa bersalah yang bercokol dalam hatinya.

Dua tahun berjalan, membuat Chaka menyadari perasaannya terhadap Twindy. Ia paham untuk berkomitmen pada wanita dengan status istri tersebut. Namun, setelah mendengar pengakuan dari Anet, Chaka lagi-lagi semakin meragu untuk memberitahukan kondisi yang sebenarnya. Kendati bersama Twindy martabatnya sebagai laki-laki lenyap, Chaka mulai tahu bagaimana menghadapinya. Saking kuatnya aura Twindy, sampai-sampai orang lain mengira bahwa Twindy adalah nama Chaka, jadi ia dipanggil dengan sebutan Bapak Twindy. Bukannya Twindy yang beralih mendapat sebutan sebagai Ibu Chaka atau Nyonya Chaka.

Dilema perasaan tersebut mengantarkan hubungan Chaka dan Twindy berada di ujung tanduk. Chaka pun mendapat masukan dari kedua temannya. Walau bagaimanapun Chaka harus memilih. Ia harus menyelesaikan perkara hatinya dengan dua perempuan dalam hidupnya tersebut. Anet butuh penjelasan, sedangkan Twindy perlu berkali-kali diketuk pintu hatinya. Sosok wanita mandiri hanya butuh laki-laki yang berada di sisinya. Diyakinkan hubungannya, bahwa sekarang sudah ada laki-laki yang akan menemani saat susah dan senangnya. Meskipun respon Twindy kerap kali justru kasar dan menolak Chaka. Sikap yang bertolak belakang dengan keinginan terdalamnya. Kecacatan di balik kesempurnaan seorang Twindy. Atau efek samping dari seorang alpha female yang seringkali berjuang hingga tetes darah penghabisan?#eh

Chaka pun mengikuti saran itu dengan berat hati. Tentunya dengan sedikit pemaksaan kondisi dari teman-temannya. Satu gunung meletus. Anet jelas marah dan kecewa mengetahui fakta tersebut. Namun, ia pun tidak bisa membohongi hatinya yang terus mendukung kebahagiaan untuk seseorang yang dicintainya.

Bergulir pada Twindy, jika bernapas saja Chaka sudah salah dan berujung pada dimarahi, kebayang ‘kan bagaimana semburan lava panas dari letusan gunung yang satu ini? Sampai di titik ini, Chaka berhasil menentukan pilihan pada Twindy. Sialnya, di saat cinta sedang merekah-merekahnya di antara keduanya, kabar buruk itu kembali datang.

Penyakit Anet kambuh. Rasa bersalah dan tanggungjawab yang tersisa membuat Chaka meminta ijin pada Twindy untuk menemani sang mantan. Istri mana yang akan rela suaminya menemui sang mantan? Apalagi jelas-jelas menemani di waktu terpentingnya. Cerai menjadi senjata Twindy untuk menghentikan langkah Chaka. Akan tetapi, celah kesempatan itu datang. Chaka memutuskan pergi guna memastikan keadaan sang mantan baik-baik saja.

Takdir berkata lain. Beban perasaan bersalah semakin berat dalam hati Chaka. Separuh jiwanya hilang tanpa disadari. Ini bukan keinginannya, ia juga sadar harus menjaga Twindy dengan segenap hati, tapi Chaka pun tak mampu meredamnya. Hingga kelinglungan Chaka menimbulkan masalah besar lagi di antara keduanya. Hal tersebut sampai membahayakan kondisi janin dalam perut Twindy.

Tak mampu dipertahankan, Twindy meminta paksa Chaka untuk menandatangani surat cerai. Chaka memohon, tapi Twindy bergeming. Terbuang dan tak punya tempat kembali, Chaka semakin hilang arah.

Baca juga : Kontemplasi Bersama Luka Cita Utara & Javier

Jatuh Bangun Perasaan

Pembaca disuguhi karakter Chaka yang humoris serta monolog-monolog khas Chaka yang sukses membuat tertawa. Guyonan ala Chaka ini juga mengingatkan bloger pada sajian-sajian cerita dalam komik Jepang. Jadi, bagi pembaca yang juga penikmat manga, pasti akrab dengan banyolan-banyolan dari Chaka tersebut. Banyolan yang detik berikutnya dihempas menghunjam bumi alias perubahan perasaan yang drastis. Seperti beberapa kutipan di bawah ini ;

1.

“Perempuan tadi udah aku pecat,” ujar Twindy dengan nada kesal.

“Heeeee?!” Gue sontak terkejut. Alis gue sampai naik dua-duanya.

“Terus, itu ke mana cincinnya? Kenapa gak dipake? Sengaja dilepas biar keliatan belum punya istri, hah?!”

“HEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE?!!!”

Nyawa gue mendadak izin tamasya ke Sidoarjo.

2.

“Sayang, aku bisa lepas tangan, lho,” ujar gue.

“Gak usah macam-macam, deh!” balas Twindy yang tiba-tiba melingkarkan lengannya ke pinggang gue .

“Serius. Lihat, ya.”

“Chaka!”

“Satu … dua … tiga!!!”

Gue melepas kedua tangan, Twindy langsung membenamkan kepalanya di punggung gue sambil berteriak.

“Yeeee, apaan, sih, pakai teriak segala. Wong, kita lagi di lampu merah, makanya aku bisa lepas tangan. Malu, tuh, dilihat orang-orang.”

Bletak!

Helm gue dipukul kencang. Kali ini bukan kaca helm yang turun, tapi otak gue yang langsung menetes keluar dari hidung.

Bagaimana? Sampai sini paham’kan maksud bloger? Bloger belum tahu apakah ada novel genre serupa dengan tipe banyolan seperti di atas. Ini memberi efek baca novel serasa baca komik. Asyik. Ditambah lagi kelebihan Chaka dalam merespon kenestapaan yang menerpa hidupnya. Yang harusnya marah atas sikap Twindy pada Chaka yang mana statusnya adalah suaminya, jadi beralih sebaliknya. Ikut tertawa dengan monolog khas Chaka yang mengomentari kemelasan hidupnya sendiri. Pembaca dibawa menikmati alur semengalir itu. Meski alur jatuh bangun perasaan penulis sajikan hingga ending.

Baca juga : Tegar Adalah Kita yang Mencoba Berdamai dengan Masa Lalu

Tidak Disarankan untuk Pembaca yang Sulit Move On

Cara penulis membuat alur cerita dengan mengenalkan pembaca pada tokoh utama bernama Chaka ini benar-benar halus. Bukan saja Twindy dan Anet yang dibuat nyaman dengan karakter tokoh utama, tapi juga para pembaca. Sampai akhirnya pembaca terjerat oleh para tokoh di dalamnya hingga muncul emosi dalam diri. Simpati hingga berubah empati mewujudkan proyeksi para tokoh imajinasi melekat di hati.

Ketika tokoh mendapat nasib yang menyenangkan, pembaca ikut senang. Begitu pula sebaliknya. Ketika tokoh harus jatuh ke jurang kesedihan, pembaca jadi ikut-ikutan sedih. Begitu terus permainan rasa tersebut sampai bagian ending cerita.

Cerita yang menyuguhkan kisah masa lalu yang belum usai bisa jadi akan mentrigger pembaca dengan pengalaman serupa. Mending kalau itu bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Kalau sebaliknya? Jadi ikut-ikutan membuka memori lama yang ternyata belum usai juga dari relung hati? Duh.

Bukannya terhibur malah jadi nelangsa. Betul? Maka dari itu, buku ini sebaiknya dihindari untuk Sobat Readers yang punya kecenderungan gagal move on. Bisa bahaya. Sungguh.

Laki-Laki Boleh Rapuh Kok

Siapa bilang menjadi laki-laki itu harus kuat tanpa cela? Laki-laki juga manusia yang pastinya punya titik lemah dalam hidupnya. Tinggal dengan atau pada siapa titik lemah tersebut bisa ditunjukkan. Karakter Chaka berhasil menjadi perwakilan untuk ini. Bagaimana rusak dan hancurnya seorang laki-laki ketika dia menggunakan perasaan. Persis seperti yang dikatakan Bochum dalam sebuah podcast.

Sama halnya dengan perempuan yang ingin mendapatkan kesempatan setara dalam ragam hal, laki-laki pun layak terlepas dari pandangan bahwa mereka adalah makhluk paling kuat tanpa kelemahan. Jadi, yang dituntut selalu dan selalu kekuatan guna menjadi yang terdepan. Mungkin ini salah satu faktor kenapa laki-laki dan perempuan diciptakan berpasang-pasangan. Agar ketidaksempurnaan dari keduanya bisa saling terisi. Untuk selanjutnya bisa bergulir pada kondisi yang berimbang.

Baca juga : Perpustakaan Tengah Malam

Pengalaman yang menyenangkan sekaligus menyebalkan membaca novel ini. Novel setebal 400-an halaman yang butuh perjuangan untuk diselesaikan. Bukan karena menjemukan dan tidak punya waktu untuk membaca. Bloger butuh berdamai dengan perasaan sendiri lantaran dibanting berkali-kali oleh penulis, wkwkwkwkXD.

Baiklah, apa pendapatmu tentang novel ini, Sobat Readers?

Desa Ngapak, 29 Mei 2024

THE PROMISE OF FOREVER

Judul Buku : The Promise of Forever

Penulis : Ika Vihara

Penerbit : Elex Media Komputindo

doc. pribadi
doc. pribadi

*Blurb*

Setelah kehilangan anak dan pernikahannya, Renae Adiana tidak lagi memercayai cinta dan adanya akhir yang bahagia. Dengan kekurangan terbesar yang dimiliki Renae, tidak akan ada laki-laki yang menginginkan Renae sebagai istrinya. Oleh karena itu, Renae mencurahkan waktunya untuk menyembuhkan trauma dan mengembangkan La Papeterie—toko luxury stationery yang dirintisnya. Hal terakhir yang dibutuhkan Renae adalah kehadiran Halmar Karlsson—co-founder dan CEO InkLive—yang membuat Renae ingin merasakan dicintai dan mencintai lagi.

Halmar tidak pernah takut bekerja keras demi mewujudkan keinginannya. Sebuah perusahaan bioteknologi yang mendunia dan berbagai macam penghargaan yang diterimanya adalah bukti kegigihannya. Satu atau dua kalimat penolakan dari Renae tidak akan membuat langkah Halmar surut. Sebelum kembali ke Swedia, Halmar bertekad harus bisa memenangkan hati Renae, wanita yang menghuni pikirannya sejak pertemuan pertama. Hanya satu yang diminta Halmar dari Renae. Kesempatan untuk membuktikan janjinya. Akankah Renae berani memberikan? Atau Halmar terpaksa mundur dan menerima kekalahan?

***

Setelah membaca novel genre aksi, saatnya beralih ke novel dengan genre manis. Kalau mengikuti urutan sebelumnya, seharusnya sekarang giliran membaca buku nonfiksi. Berhubung hasrat membaca fiksi masih bergelora, akhirnya bloger pun memperturutkan saja.

Tahun ini, Mbak Ika Vihara menerbitkan dua judul novel sekaligus. Wah, makin berjaya nih. Terlepas dari itu, bloger menyukai pola pikir relate yang disematkan penulis dalam cerita. Ia percaya nasib seseorang bisa diubah dengan memperbaiki sisi pendidikan. Lihatlah latar belakang pendidikan para tokohnya dalam novel. Semua titelnya keren. Dibarengi pola pikir yang memberikan insight baru bagi pembaca. Atau bahkan Sobat Readers sebenarnya sudah/pernah berpikiran yang sama dan tersuarakan oleh semesta manis ala Hessa dan teman-temannya ini.

Dari segi konflik, bloger rasa lebih mirip ke When Love Is Not Enough—buku ke-2 penulis. Dalam artian tak ada perkara komplek secara eksternal yang dihadapi oleh para tokohnya. Namun, begitu merampungkan novel bersampul dominan ungu ini, bloger merasa timing-nya tepat dengan isu yang sedang hangat terjadi. Belakangan, tengah marak isu terkait bagaimana masyarakat menempatkan gender perempuan atau wanita dalam pandangan dan tatanan sosial.

Tokoh Renae sendiri mengalami depresi akibat tuntutan dari suami dan keluarga suaminya. Di mana seolah tujuan berumah tangga adalah menghasilkan anak. Tak sepenuhnya salah. Akan tetapi, dalam kasus pemilik tunggal Le Papeterie ini, dia terus disudutkan hingga akhirnya trauma dan percaya bahwa dirinya begitu tak berharga. Hingga ia beranggapan wanita seperti dirinya tak pantas memiliki masa depan bahagia bersama pasangannya.

Di samping itu, sikap Jeff yang tak berdiri di sisi istrinya kala merasakan kesedihan dan kehilangan membuat bloger menyadari sesuatu. Di satu sisi, seorang suami memang perlu berdiri di sisi ini, terlepas dari pemikiran siapa yang salah dan siapa yang benar dalam sebuah masalah. Walaupun memang kewajiban seorang laki-laki—dalam ajaran Islam—masih harus berbakti kepada ibunya sekalipun telah menikah, akan tetapi di situasi-situasi tertentu, mental istri perlu dibangun dan dipupuk untuk percaya bahwa pilihan hidupnya tidak salah. Ia perlu merasa yakin telah membuat keputusan yang tepat. Minimal membuat seorang istri merasa tak sendirian saat mengalami situasi sulit.

Mari menelaah, bukankah memasuki lingkungan keluarga suami seorang diri sejatinya memberikan perasaan takut tersendiri? Jika hal tersebut ditambah si suami yang jelas-jelas tak berpihak sedikitpun bahkan di kala kondisi tak menguntungkan, rasanya amat berat bagi seorang wanita untuk bertahan. Dengan begini, mata bloger jadi terbuka lebih lebar untuk tak menuntut berbagai hal “yang seharusnya” dilakukan oleh seorang menantu. Zaman semakin berganti, kemungkinan ada pola pikir-pola pikir baru dan boleh jadi hal tersebut menggeser tatanan nilai yang sudah ada. Selama itu masih dalam koridor kebaikan tentunya. Sesuaikan saja kondisinya dan silakan kompromikan berdasarkan hal terkait. Setiap pasutri memiliki kondisinya masing-masing. Dan itu bukan ranah bloger untuk mengkritisi setiap perintilannya.

Kembali ke cerita dalam novel. Dengan posisi keluarga dari laki-laki yang terlalu menuntut dan memiliki penilaian mutlak sebelah mata tersebut, alangkah baiknya memang suami memberikan porsi untuk menanggung kesedihan bersama. Bukannya ikut mencari orang yang perlu disalahkan. Dan itulah kehidupan. Kita pun tak selamanya benar? Adakalanya kesalahan perlu dilakukan untuk menemukan kebenaran. Dan orang-orang yang mau belajar dari pengalaman sebelumnyalah yang mampu menata kesempatan berikutnya dengan lebih baik. Insya Allah.

Ingat, novel romansa ini adalah bacaan untuk siapapun yang minimal berusia 18 tahun ke atas. Sebab, bacaan yang kurang sesuai umur bisa jadi bukannya menambah wawasan, justru mengurangi manfaat dari bacaan itu sendiri. Jadi, pastikan buku ini memang sudah cocok untuk kamu nikmati ya, Sobat Readers.

Selamat membaca kisah manis yang terasa seperti cokelat berkualitas karena memiliki sisi rasa pahit, namun tanpanya kenikmatan seakan kurang sempurna.

Sampai bertemu di testimoni buku berikutnya. (^_^)

NB : Sobat Readers bisa dapatkan bukunya di sini 😉

Follow akun IG @mitoreadbooks buat dapet teman baca✨️

Cilacap, 2021年12月9日

NEGERI DI UJUNG TANDUK

Judul Buku : Negeri Di Ujung Tanduk

Penulis : Tere Liye

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

doc. pribadi

*Blurb*

Di Negeri di Ujung Tanduk kehidupan semakin rusak. Bukan karena orang jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi.

Di Negeri di Ujung Tanduk para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan. Bukan karena tidak ada lagi yang memiliki pujaan. Bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tapi mereka memutuskan menutup mata dan memiliki hidup bahagia sendirian.

Tapi setidaknya, Kawan, di Negeri di Ujung Tanduk, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci. Meski habis seluruh darah di badan, menguap segnap air mata, dia akan berdiri paling akhir demi membela kehormatan.

***

Melanjutkan kisah Thomas. Sungguh, tiap kali bloger baca karya Bang Tere dengan genre ini, imajinasi bloger tak bisa lepas dari film-film asal daratan Negeri Tirai Bambu sana. Apalagi kalau nama kota Hong Kong di sebut-sebut. Otak bloger jadi bernostalgia pada momen saat salah satu televisi swasta menayangkan film-film aksi laga dari sana. Baik itu film yang dibintangi Jackie Chan, Jet Li, Choi Yun Fat, dan aktor-aktor terkenal lainnya. Bahkan, bloger masih ingat betapa terkesimanya diri usai menonton film So Close yang dibintangi oleh aktris Shu Qi bersama Zhao Wei. Banyak cerita dan adegan yang mengejutkan. Bloger menikmati plot twist yang disajikan. Belum lagi, bagaimana tabiat-tabiat tokoh antagonisnya yang tampil mengesankan. Sempat merasa takjub juga sebenarnya, bisa-bisanya tokoh jahat tampil seunik itu.

Oke, kembali ke karyanya Bang Tere. Dalam sekuel keduanya ini, masalah kembali berlanjut. Kali ini memang tempo waktunya disajikan lebih panjang. Namun, ciri khas Thomas yang super sibuk dan berlomba dengan waktu itu masih terasa.

Di sini muncul lagi sosok wartawan muda. Perempuan. Dan lagi-lagi menjadi bahan omongan Maggie. Bloger suka cara Maggie kesal dan protes. Menunjukkan sisi logika dan perasaan secara berimbang. Sampai-sampai, bloger rasa Maggie ini menyimpan rasa pada Thomas. Tapi di sisi lain, tampaknya mereka kurang cocok menjalin hubungan asmara. Bloger khawatir celetukan-celetukan khas ala Maggie bakal hilang nantinya atau garing. Haha…

Capek melihat kegiatannya Thomas, apalagi kalau sampai merasakannya sendiri ya. Sayangnya, di sini Opa kurang mendapat porsi. Suka lucu saja membaca bagian kedekatan kakek dan cucu ini. Apalagi menanti momen mendengarkan cerita dari Opa. Seru kali ya, memiliki sosok anggota keluarga seperti Opa. Jadi ingat mendiang kakek sendiri.

“Kau akan suka bertemu dengannya, Thomas. Kecuali bagian yang itu, cerita-cerita lama. Maksudku tentu saja itu penting, tapi ayolah, diceritakan berkali-kali seperti kaset rusak. Aku sampai hafal setiap kalimatnya.” Lee tertawa.

“Tapi kau jangan bilang-bilang padanya aku mengeluh soal ini, Thomas.”

Aku menggeleng. Aku juga punya masalah yang sama dengan Lee._hal.356

Ingat bagian di atas? Betapa padat dan luar biasanya aksi mereka, tapi begitu mendengar bagian di atas tersebut, mereka jadi terkesan manis.#ops Ayolah, penggambaran sosok mereka itu hebat ditambah cara mereka menghormati kakeknya juga tak kalah keren. Tipe-tipe calon menantu idaman para emak-emak kan? Hehe…

Dan bagian perpisahan Thomas sebelum misi terakhirnya ke Hong Kong itu membuat bloger terharu. Betapa memiliki rekan kerja yang seperti keluarga itu ikatan batinnya kuat. Terasa ada yang kurang jika personilnya tak lengkap. Apa Sobat Readers merasakan hal yang sama? Atau bloger yang kelewat baper? Padahal ini novel aksi. Haha…

Di akhir sesi membaca, entah kenapa bloger jadi kepikiran. Memang nama bumi pertiwi perlu disebut dalam cerita ini. Fokusnya adalah menunjukkan bahwa masih ada harapan. Yakni harapan kehadiran sosok-sosok petarung sejati seperti Rudy, petinggi KPK, dan Thomas itu sendiri. Semoga. Atau dari kita sendiri yang mulai inisiatif menumbuhkan mereka dalam sanubari? Siapkah?

Aksi heroik Rudy pun mengagumkan. Bagaimana ia bergerak dengan kesatuan kepolisian yang ada, bahkan berkoordinasi dengan kesatuan lintas negara. Dan trik kecil Rudy memberi bantuan yang signifikan di momen yang tepat.

Dalam kondisi ingar-bingar, pengakuan sepintas Thomas terhadap pamannya juga membuat hati ini tersentuh. Wah, menyenangkan sekali belajar dari fiksi ya. Apa Sobat Readers juga setuju dengan hal yang satu ini?

Oke, akhir kata, selamat membaca novel yang menghibur ini!(^_^)

NB : Sobat Readers bisa dapatkan bukunya di sini 😉

Follow juga akun IG @mitoreadbooks buat dapet teman baca✨️

Cilacap, 2021年12月1日